Dikisahkan, seorang direktur eksekutif di sebuah perusahaan multinasional berkisah tentang perjalanan kariernya.
Saat masih muda, dia bangga pada dirinya sendiri yang pintar, lulus sekolah dengan angka yang memuaskan dan bersikap angkuh pada orang-orang yang tidak sepandai dirinya. Dulu ia egois sekali, mengejar karier secepat mungkin tanpa mempertimbangkan perasaan orang-orang yang ia duluhi. Yang penting, cepat sampai tujuan tanpa pernah menyadari bahwa kepandaian dan caranya memenangkan perdebatan di meja rapat ternyata menyakiti teman-teman dan seniorku sendiri. Yang penting, dewan direksi senang dan puas dengan hasil kerjanya, maka kariernya pasti akan meningkat dengan pesat begitu pula gaji dan fasilitas yang bakal ia terima. Yang lainnya dia tidak peduli. Sikapnya yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak merasa perlu bersosialisasi, menyebabkan ia dijauhi teman-teman dan ketika sadar, tiba-tiba ia sendirian!
Saat kelelahan karena pekerjaan yang menumpuk, tidak ada satu orang pun yang menyapanya apalagi membantu. Ketika sakit, tidak ada yang menanyakan keadaannya apalagi menjenguk. Hidupnya begitu kering dan kesepian. Hanya ada satu orang yang menyapaku dengan senyum, yang selalu merekah di bibirnya, yaitu si Udin, cleaning service merangkap office boy di kantorku. Sosok pemuda kampung yang ramah dan suka membantu.
Sapanya yang khas setiap bertemu, "Selamat pagi, siang, atau sore, Pak.","Mau tambah minum apa?", atau "Apa yang bisa saya bantu, Pak?" Meskipun pekerjaannya berat, menyiapkan segala properti untuk semua orang di kantor, dia selalu ringan tangan untuk menolong orang lain yang bukan menjadi tugasnya sehingga dia sangat disukai oleh semua orang. Bahkan saat tidak masuk kerja karena sakit, beberapa orang kantor menyempatkan menengok dan mengumpulkan uang untuk membantu Udin.
Diam-diam, aku iri kepada Udin dan marah kepada diriku sendiri. Iri kepada Udin? Yang cuma cleaning service? Sungguh keterlaluan! Kenyataan itu serasa menamparku dengan keras. Selama berhari-hari aku merenung dan meneliti kembali tujuan hidupku. Apakah aku bahagia dengan perolehan yang telah aku capai selama ini? Apakah ini tujuan hidup yang aku inginkan? Dan banyak lagi pertanyaan yang menggantung di benak ini. Sejak itu, aku sadar dan segera membuat rencana untuk berusaha mengubah diri menjadi lebih baik seperti yang aku inginkan.
Menjadi pribadi yang lebih menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain. Perubahan demi perubahan positif pun terjadi. Sungguh luar biasa. Kesadaranku muncul karena seorang Udin!
0 komentar:
Posting Komentar